Friday, January 31, 2014

Celakalah Hai Pencaci dan Pencela!

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil'alamin atas segala nikmat yg diberikan Allah swt kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih bisa merasa kenikmatan iman dan Islam, aamiin
Alhamdulillah jumat ini saya diberi kesempatan ikutan sholat jumat yang selalu saya rindukan, sholat jumat di Masjid Manarul Islam, letaknya lumayan dekat dg rumah saya, kira-kira 1 km. Saya senang sekali bisa beribadah di masjid tersebut, teduh, tenang, insyaAllah shafnya selalu penuh, dan saya sangat senang dengan alunan ayat suci yang dibacakan imam masjid, kata ibu saya seperti berada di Mekkah, subhanallah :')
Tema khutbah kali ini ialah 'Selektif terhadap media elektronik' yah, di zaman sekarang siapa yang tak kenal dengan televisi (TV).
TV bagaikan benda yg wajib dimiliki oleh mayoritas rumah di masyarakat sekitar. TV bagaikan sumber utama, dan tak sedikit yang menjadikan TV sebagai acuan untuk melakukan segala aktivitas, gaya hidup, dan dasar untuk mengambil keputusan. Yah, TV sudah seperti makanan keseharian sebagian besar masyarakat. Walaupun begitu memang terdapat manfaat yang bisa diambil dari TV, informasi, berita, dan mungkin hiburan. Tetapi jika masyarakat tidak selektif dan terdapat beberapa kelompok masyarakat yang hanya bisa menerima mentah apa-apa yang ada di TV, maka bisa dimungkinkan masyarakat akan mudah termakan oleh kejahatan media elektronik dan sulit untuk berkembang.
Yah, itu tadi adalah pembuka dari saya, argumen yang saya berikan, dan berikut merupakan kutipan khutbah yang saya dengarkan hari ini.
Dalam khutbah kali ini, khatib mengambil landasan dari QS. Al-Humazah, surat ke-104 dan tergolong surat Makiyyah
Arti :
1. Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci dan pencela. 
2. Yang mengumpulkan harta dan berulang-ulang menghitung kekayaannya.
3. Dia menyangka bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya di dunia ini. 
4. Tidak, sesungguhnya dia akan dicampakkan ke dalam neraka al-Hutamah. 
5. Dan sudahkah engkau tahu apa dia al-Hutamah? 
6. Api Allah yang dinyalakan. 
7. Yang naik menjulang ke hati. 
8. Sesungguhnya api neraka itu di tutup rapat atas mereka. 
9. Sedang mereka diikat pada tiang yang panjang (al-Humazah:1-9)

Pada ayat pertama disebutkan bahwa kecelakaan besar bagi orang yang pencaci dan pencela, dimana orang-orang tersebut juga sebagai provokator terjadinya masalah, membesarkan masalah, membongkar masalah pribadi dan dijadikan makanan publik, dsb. Orang tersebut suka mengadu domba dan memiliki sifat namimah, sifat tercela. Tak sedikit media massa bersifat seperti ini. Tak sedikit program TV suka dengan hal-hal yg berbau provokator ini. Membongkar masalah pribadi, yang sejatinya ialah aib baginya dan keuarganya, yg seharusnya dijaga dan ditutupi oleh sesama saudara. Namun, tak semua dimengerti oleh awak media dan mengumbarkannya, na'udzubillah, kadang saya pernah berfikir tak ingin menjadi selebritis, karena segala aspek kehidupan baik itu privasi bak seperti lautan berita yang menarik untuk diinfokan di media, astaghfirullah. Dan disebutkan di ayat pertama tersebut, 'Kecelakaan besar bagi tiap-tiap pencaci dan pencela', yah orang-orang yang senang mencaci, mencela, hingga memprovakasi tersebut digolongkan orang yang tercela. Kecelakaan itu tidak hanya bagi seorang atau media provokator, tetapi juga bagi tiap-tiap orang yang mendengar, melihat, hingga menikmati dengan hal-hal tersebut, yang sejatinya untuk memuaskan diri, membenarkan diri sendiri, dan menambah dosa, astaghfirullah. 
Ayat kedua pada QS. Al-Humazah menyebutkan bahwa, 'Yang mengumpulkan harta dan berulang-ulang menghitung kekayaannya', disini disebutkan orang yg gemar mengumpulkan harta, dan hal ini dihubungkan dengan jasa TV yang tak sedikit menghadirkan program TV yang kurang bermanfaat, tetapi terus dikembangkan, demi meraup keuntungan yang besar. Sehingga tak sedikit orang juga yang terkena dampak negatif dari tayangan TV tersebut. Merusak pola pikir dan peradaban manusia. Serta pada ayat ketiga disebutkan bahwa orang-orang tersebut menyangka bahwa hartanya tersebut dapat mengekalkannya di dunia. Padahal jelas amalan yang dibawa ketika seorang telah meninggal dunia sesuai dengan hadis yaitu, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do'a dari anak yang sholeh/sholehah. Itulah, tak ada harta kekayaan yang terus dikumpulkan didunia, untuk kesenangannya, tanpa bermanfaat untuk orang lain. Selain itu, kehidupan yang kekal ialah kelak kehidupan akhirat, kehidupan setelah kematian dan alam barzah.
Sungguh orang-orang tersebut akan celaka dan dicampakan ke dalam neraka Hutamah, sesuai dengan QS. Al-Humazah ayat ke-4. Hingga pada ayat selanjutnya Allah menjelaskan apakah neraka Hutamah tersebut. Dimana api pada neraka Hutamah dinyalakan, yang naik menjulang ke hati, tertutup rapat atas mereka, dan mereka diikat pada tiang yang panjang. Api pada neraka Hutamah ini sangat bersifat merusak dan sungguh adzab Allah sangat pedih. Allahu akbar!
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar! semoga kita termasuk golongan umat Nabi Muhammad SAW. yang diberikan syafaat dan pertolongan Allah kelak di yaumul hisab dan kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan akhirat. Ya Allah, lindungilah kami, Ya Allah tuntunlah kami, berikanlah kami petunjukMu  agar kami berada dalam jalanMu yang lurus. Lindungilah teliga kami, mata kami, panca indera kami, agar tak mudah termakan dengan fitnah saat kami hidup dan mati kelak, maupun fitnah dajjal. Janganlah kami menjadi golongan orang-orang yg celaka tersebut, aamiin ya rabbal 'alamin
Astagfirullah'aladzim, Astagfirullah'aladzim, Astagfirullah'aladzim.

yak, sekian tulisan yang bisa saya berikan, semoga bisa diambil manfaatnya, dan saya minta maaf jika dalam tulisan dan perkataan saya terdapat kesalahan yang saya sengaja ataupun tidak, yang bisa menyinggung hati siapapun, itu hanyalah argumen saya yang ingin sekali menjadikan umat muslim dan bangsa Indonesia cerdas dan menjadi lebih baik. Sesungguhnya kebenaran murni dari Allah swt.

Terima kasih, wassalamu'alaikum wr wb

ila liqo' ~sampai jumpa lagi ^^

No comments:

Post a Comment